• Politik
    • Hukum
    • Pemerintahan
  • Ekonomi
    • Bisnis
    • Intrepreneur
    • Investasi
    • Keuangan
    • UKM
  • Dikbud
    • Budaya
    • Edukasi
    • Humaniora
    • Motivasi
    • Teknologi
  • Hankam
    • Polri
    • TNI
  • Regional
    • Daerah
    • Nasional
    • Internasional
  • Gaya Hidup
    • Kuliner
    • Kesehatan
    • Olah Raga
  • Tokoh
    • Biografi
    • Wawancara
  • Lainnya
    • Peristiwa
    • Umum
    • Wisata
No Result
View All Result
Strategi News
Strategi News
No Result
View All Result
Home Opini

Demokrasi Religius: Kemandekan Epistemologi Keilmuan di Dunia Islam

Strategi News by Strategi News
April 14, 2022
in Opini
0
0
Demokrasi Religius: Kemandekan Epistemologi Keilmuan di Dunia Islam

Prof. Dr. Muhammad Azhar, MA.

Share on FacebookShare on Twitter

Prof. Dr. Muhammad Azhar, MA.

Dosen FAI-Pascasarjana UMY & LARI (Lingkar Akademisi Reformis Indonesia)


Seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya bahwa setelah dunia Islam menikmati kejayaan peradaban sains, maka setelah itu muncul era kemandekan sains. Secara historis, sikap memusuhi sains dari sementara umat Islam, seperti disebut Campbell, baru terjadi lima atau enam abad kemudian, mengharuskan kita menilainya sebagai bukan “asli” Islam, dan tidak bersumber dari ilhamnya yang murni, dan ini merupakan suatu anomali. Meminjam teori Thomas Kuhn, bahwa secara perlahan dimensi keilmuan Islam menjadi normal science yang tentunya akan berujung pada situasi krisis keilmuan itu sendiri. Apalagi dengan munculnya slogan “telah tertutupnya pintu ijtihad”, padahal Nabi Muhammad Saw sendiri tidak pernah menutupnya. Bahkan Nabi sangat menghargai orang yang salah dalam berijtihad dengan satu pahala, dan bila benar mendapatkan dua pahala.

Fenomena kemandekan berpikir ini membuat para ilmuan Muslim menjadi gamang untuk melakukan inovasi dan kreasi keilmuan. Menurut Dr. Muhammad Iqbal, kemandekan yang terjadi di dunia Muslim bahkan mencapai sekitar 500-an tahun (1981: 148). Dunia keilmuan Muslim, pada akhirnya, lebih bersifat pengulangan semata (the context of recovery) atau meminjam ungkapan Nasr Hamid Abu Zaid (1995: 123), umat hanya mengulang warisan para ilmuan masa lalu (qira’ah al-mutakarrirah/reproduction of meaning), belum mengarah pada pembacaan yang produktif (qira’ah muntijah/production of meaning).

Padahal dunia Islam pernah mempelopori wacana sains secara empiris, yakni melangkah maju ketimbang warisan peradaban Yunani yang umumnya bersifat idealistik-rasionalistik semata. Sebagaimana yang pernah diungkapkan oleh Sir Mohammad Iqbal bahwa Al-Quran lebih mengutamakan dimensi tindakan – secara empiris – ketimbang semata-mata gagasan (The Quran is a book which emphasizes ‘deed’ rather than ‘idea’ (Iqbal, 1981: v).
Sesuai dengan fokus kajian di sini, secara epistemologis, wacana epistemologi keilmuan Islam klasik yang berpola Ghazalian (mazhab Al-Ghazali) belakangan lebih dominan. Sementara pola Rusydian (mazhab Ibnu Rusyd) yang pernah berjaya di dunia Muslim justru semakin bermetamorfosa di dunia Barat. Epistemologi keilmuan model Ghazalian berpandangan bahwa segala sebab sesuatu di alam ini tergantung dalam kehendak-Nya. Melalui perspektif ini pandangan Al-Ghazali lebih bercorak teologis, bukan antropologis maupun kosmologis. Akibat dari pandangan ini menyebabkan pandangan dunia umat menjadi lebih pasif bila dibenturkan dengan wacana pengembangan sains yang lebih antroposentrik-kosmologik.

Inovasi dan kreativitas keilmuan menjadi macet. Pandangan epistemologi keilmuan model Ghazalian ini cenderung menjadi anti “keteraturan” (sunnatullah), dimana hukum-hukum alam yang melahirkan sains menjadi terabaikan. Pengembangan potensi rasio manusia menjadi sangat tereduksi, atau dengan kata lain potensi akal manusia menjadi kurang fungsional. Model weltanschauung Ghazalian ini lebih bersifat dialektis-hipotetis. Segala fenomena alam, moral dan sosial semuanya “terserah” pada Tuhan (jabariyyah-determinism). Pandangan ini menjadi sangat teologik-atomistik bahkan cenderung mengarah pada mysticism, yang sudah barang tentu berimplikasi pada pengabaian wilayah temuan social sciences maupun natural sciences.

Berbeda dengan Ghazalian, maka epistemologi keilmuan seperti yang digagas oleh Ibnu Rusyd (Rusydian) cenderung menyatakan bahwa sebab segala sesuatu bukan di dalam kehendaknya, tetapi berada di luar. Pandangan Rusydian ini mengandaikan adanya sistem ‘keteraturan alam’ (sunnatulllah) yang sudah didelegasikan oleh Tuhan kepada alam yang sering disebut sebagai hukum alam. Berbeda dengan model Ghazalian, maka pola Rusydian mengindikasikan adanya pola rasionalitas yang gradual, sistemik di alam ini yang secara teratur bisa dipelajari oleh manusia, karena Allah sudah menciptakan “kepastian-kepastian” di dalamnya.

Atau dengan kata lain, ada konsep taqdir (keharusan universal), yang di dalam bingkai taqdir itu manusia didorong untuk melakukan ikhtiar (mengoptimalkan segala potensi manusia) dalam memahami hukum-hukum alam. Maka pola Rusydian ini cenderung mengaktifkan upaya manusia dalam melakukan eksplorasi hukum-hukum alam yang berujung pada munculnya berbagai produk sains itu sendiri. Bila Ghazalian bertumpu pada logika yang hipotetis, maka Rusydian bertumpu pada metode analisis-demonstratif yang mengakui adanya regularitas dan kausalitas di balik setiap fenomena sosial dan alam (Bandingkan, Amin Abdullah, 2002: 209-220).

Jadi, fenomena kemandekan epistemologi keilmuan Muslim ini sebenarnya bukan orisinal ajaran Islam, tetapi hanya soal interpretasi pemahaman dari ajaran Islam itu sendiri. Karena secara esensial dan substansial, potensi ajaran Islam sangatlah mendorong adanya inovasi keilmuan – khususnya – di bidang sains, sebagaimana sudah terbukti lama dalam sejarah renaisans Islam. Hanya karena model interpretasi epistemologi keilmuan ala Ghazalian yang menjadi salah satu penyebab kemunduran dunia Muslim di bidang temuan sains.

Dalam kaitan ini menarik pula kita kutip pernyataan Prof. Dr. Fazlur Rahman (1984: 390) tentang fenomena kemandekan kreativitas keilmuan di dunia Muslim, sebagai berikut:
”Sekarang ini, intelektualisme Islam praktis mati, dan dunia Islam menyuguhkan suatu pemandangan gurun intelektualisme luas yang gersang dan sepi tanpa hembusan angin pemikiran sedikit pun, tapi yang kesenyapannya kadang-kadang memberikan kesan adanya getaran. Inilah sosok umat yang kepada generasi mudanya Iqbal menujukan doanya yang penuh harap kira-kira empat puluh tahun yang lalu: “Semoga Tuhan menyentuhkan ruhmu pada badai (yang baru), karena hampir tak ada riak sedikit pun pada air lautanmu!”. Wallahu a’lam bisshawab. (Bersambung).

(red)

Tags: # demokrasi religius# Prof. Dr. Muhammad Azhar

Related Posts

Pilpres Era Pasca-Kebenaran
Opini

Megawati Akhirnya Akan Mendukung Ganjar Pranowo

Oleh : Ansyari Usman Ujung pertarungan (sandiwara atau serius) antara Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Jokowi, sudah mulai terlihat...

by Strategi News
June 20, 2022
179
Pilpres Era Pasca-Kebenaran
Opini

Pilpres Era Pasca-Kebenaran

Oleh : Tulus Warsito, Guru Besar Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Sejak Pilpres 2019 masyarakat Indonesia terbelah dalam dua...

by Strategi News
June 19, 2022
185
Pilpres dan Pileg serentak arena hukuman bagi Partai Politik Oligarki
Opini

Pilpres dan Pileg serentak arena hukuman bagi Partai Politik Oligarki

Oleh: Anthony Budiawan – Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies) Pemilihan Presiden (pilpres) akan dilaksanakan bersamaan dengan...

by Strategi News
June 18, 2022
201
Menakar Evaluasi Kepemimpinan Gubernur Maluku Murad Ismail
Opini

Menakar Evaluasi Kepemimpinan Gubernur Maluku Murad Ismail

Catatan atas Evaluasi Pengamat, Kritis atau Politis Oleh : Rusdi Abidin Beberapa waktu lalu saya mencoba menonton sebuah chanel...

by Strategi News
June 13, 2022
169
Next Post
Ketua DPRD Metro respon positif aksi mahasiswa yang menyampaikan tiga tuntutan

Ketua DPRD Metro respon positif aksi mahasiswa yang menyampaikan tiga tuntutan

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories

  • ACEH
  • ADHYAKSA
  • BALI
  • BANYUWANGI
  • BERITA UTAMA
  • Bisnis
  • Breaking News
  • Budaya
  • Catatan Redaksi
  • Daerah
  • Dikbud
  • DKI Jakarta
  • DONGGALA
  • DPRD Donggala
  • DPRD KABUPATEN SIGI
  • DPRD Landak
  • DPRD MALUKU
  • Edukasi
  • Ekonomi
  • ENERGI
  • FINANCE
  • FOKUS BERITA
  • GAGASAN
  • Gaya Hidup
  • Hankam
  • HIBURAN
  • Hukum
  • Hukum dan Kriminal
  • Humaniora
  • INDONESIA NEGERI KAYA
  • INFRASTRUKTUR
  • INOVASI
  • Internasional
  • Intrepreneur
  • Investasi
  • JAWA BARAT
  • JAWA TENGAH
  • JAWA TIMUR
  • KABAR SELEBRITI
  • KABUPATEN BURU SELATAN
  • KABUPATEN ROKAN HILIR
  • Kabupaten Wajo
  • Kalimantan Barat
  • KALIMANTAN TENGAH
  • Kesehatan
  • Keuangan
  • Kinerja
  • Komunitas
  • KOTA BONTANG
  • KOTAWARINGIN TIMUR
  • kriminal
  • Kuliner
  • Lainnya
  • LAMPUNG
  • Landak Kalbar
  • Lingkungan
  • MADURA
  • Maluku
  • Men
  • MILENIAL
  • MOROWALI
  • Motivasi
  • Nasional
  • News
  • NUSA TENGGARA TIMUR
  • Olah Raga
  • Opini
  • PALU – SULTENG
  • PAPUA
  • PAPUA
  • PAPUA BARAT
  • PEKANBARU
  • Pemerintahan
  • Peristiwa
  • Pertanian
  • Politik
  • Polri
  • PROVINSI RIAU
  • PURWAKARTA
  • Regional
  • Sneakers
  • SPOT NEWS
  • Style
  • SUDUT PANDANG
  • SULAWESI SELATAN
  • SUMATERA UTARA
  • Teknologi
  • TELUK BINTUNI PAPUA BARAT
  • TIPIKOR
  • TIPIKOR
  • TNI
  • Tokoh
  • UKM
  • Umum
  • Uncategorized
  • WAJO, SULSEL
  • Wawancara
  • Wisata
  • Women
  • YOGYAKARTA
Strategi News

Navigate Site

  • Redaksi
  • Pedoman Media Cyber

Follow Us

No Result
View All Result
  • Politik
    • Hukum
    • Pemerintahan
  • Ekonomi
    • Bisnis
    • Intrepreneur
    • Investasi
    • Keuangan
    • UKM
  • Dikbud
    • Budaya
    • Edukasi
    • Humaniora
    • Motivasi
    • Teknologi
  • Hankam
    • Polri
    • TNI
  • Regional
    • Daerah
    • Nasional
    • Internasional
  • Gaya Hidup
    • Kuliner
    • Kesehatan
    • Olah Raga
  • Tokoh
    • Biografi
    • Wawancara
  • Lainnya
    • Peristiwa
    • Umum
    • Wisata

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In