• Politik
    • Hukum
    • Pemerintahan
  • Ekonomi
    • Bisnis
    • Intrepreneur
    • Investasi
    • Keuangan
    • UKM
  • Dikbud
    • Budaya
    • Edukasi
    • Humaniora
    • Motivasi
    • Teknologi
  • Hankam
    • Polri
    • TNI
  • Regional
    • Daerah
    • Nasional
    • Internasional
  • Gaya Hidup
    • Kuliner
    • Kesehatan
    • Olah Raga
  • Tokoh
    • Biografi
    • Wawancara
  • Lainnya
    • Peristiwa
    • Umum
    • Wisata
No Result
View All Result
Strategi News
Strategi News
No Result
View All Result
Home Opini

Demokrasi Religius: Beberapa Gagasan Pengembangan Wacana Agama dan Sains

Strategi News by Strategi News
April 27, 2022
in Opini
0
0
Demokrasi Religius: Beberapa Gagasan Pengembangan Wacana Agama dan Sains

Prof. Dr. Muhammad Azhar, MA.

Share on FacebookShare on Twitter

Prof. Dr. Muhammad Azhar, MA.

Dosen FAI-Pascasarjana UMY & LARI (Lingkar Akademisi Reformis Indonesia)

Berdasarkan analisis terdahulu, upaya pengembangan wacana agama dan sains ke depan, beberapa langkah berikut ini layak dipertimbangkan, baik oleh ilmuwan agama maupun sains, antara lain:

1. Perlu adanya shifting paradigm di bidang epistemologi keilmuan Islam yakni dari epistemologi keislaman normatif-tekstual-bayani yang berakibat pada sulitnya mengadopsi dan mengelaborasi wawasan dan temuan baru di bidang sains; ke epistemologi keilmuan Islam kontemporer yang bercorak intuitif-spiritual-irfani (secara aksiologis) yang banyak berkaitan dimensi etika bagi pengembangan sains; maupun yang bercorak empiris-historis-burhani (secara epistemologis) yang berdampak pada adanya temuan baru (the context of discovery/qira’ah muntijah/production of meaning) di bidang sains.

2. Pergeseran paradigma ini merupakan sintesa baru antara corak Ghazalian (mazhab keilmuan Al-Ghazali/di Barat: al-Ghazl) dengan Rusydian (mazhab Ibnu Rusyd/di Barat: Averroes). Epistemologi keilmuan Islam klasik yang menghambat kemajuan temuan dunia sains perlu segera direview ulang sebagaimana yang telah penulis kemukakan secara umum terdahulu. Pemahaman tentang ijtihad sebagaimana yang dikemukakan Dr. Sir Mohammad Iqbal (1981: 148) sebagai the principle of movement dapat dijadikan acuan filosofis bagi upaya pergeseran paradigmatik ini. Karena pada hakikatnya setiap hasil ijtihad telah terpenjara oleh historisitas yang mengitarinya yakni dimensi  space and time, dan oleh karenanya setiap pemahaman keilmuan agama (termasuk Islam) maupun wacana sains akan mengalami kemapanan, yang oleh Thomas Kuhn disebut normal science, dan lambat laun mengalami krisis dan mendorong untuk lahirnya perspektif keilmuan yang baru (revolutionary science).

Demikian pula pengertian sab’a samawaat (Q.S. Nuh: 15) yang secara klasik diartikan dengan tujuh lapis langit. Namun karena perkembangan sains berubah maknanya menjadi tujuh planet. Bahkan era berikutnya menjadi banyak planet (karena belakangan – hasil temuan sains – jumlah planet sudah lebih dari tujuh). Dalam bahasa Arab, kata-kata sab’a tidak hanya berarti berjumlah tujuh, tetapi juga bisa diartikan berjumlah banyak. Masih banyak ilustrasi yang bisa dikemukakan, namun karena keterbatasan halaman, cukup dikemukakan di sini dua contoh saja.

Dalam kaitan ini, apa yang dikemukakan Abdul Karim Soroush (2002: 45) cukup tepat ketika ia mengatakan bahwa “penafsiran agama bisa berubah dengan adanya perubahan konsep sains”. Penulis di sini ingin juga mengemukakan bahwa di masa mendatang perlu pula diupayakan adanya redefenisi konsep Islam mendahului perubahan wacana sains. Ini yang dimaksud dengan teori Scientification of Islam (tawaran konseptual dari Fazlur Rahman). Bila Islamization of knowledge (tawaran konseptual model Ismail Raji Al-Faruqi (1981) dan Naquib Al-Attas (1989) cenderung bersifat reaktif, maka scientification of Islam lebih bersifat proaktif.

Andaikata mau diintegrasikan, kedua isu tersebut dapat dikompromikan sebagai berikut; bahwa teori islamization of knowledge lebih ditekankan pada dataran aksiologis atau etika keilmuan, sedangkan scientification of Islam lebih pada dataran metodologis/epistemologisnya. Sehingga dua pendekatan (Rahmanian/Fazlur Rahman dan Naquibian/Faruqian) bisa dikompromikan bagi upaya pengembangan wacana keislaman dan sains di dunia Muslim, di masa mendatang.

3. Redefenisi atau rekonseptualisasi ini tidak hanya ditujukan pada wacana sains pada dataran global, tetapi juga dapat ditujukan kepada wacana sains yang bercorak lokal (local genius atau local wisdom). Globalisasi sebenarnya tidak semata-mata berorientasi pada satu pihak – katakanlah sains Barat – namun lebih ideal bersifat dua belah pihak yakni disamping ada upaya untuk mengadopsi sains Barat yang memang banyak hal positif buat kemajuan peradaban, namun juga di sisi lain harus diimbangi dengan adanya upaya untuk memunculkan kreativitas lokal, terutama dunia Muslim – yang umumnya masih sangat ketinggalan di bidang sains – untuk memperkaya wacana di bidang sains.

Bukankah sains global di Barat juga pada mulanya muncul dari produk lokal namun lama kelamaan mendapat legitimasi di kalangan dunia akademis dan akhirnya berkembang menjadi produk sains global. Sebagai contoh potensi kearifan lokal, apa yang berkembang saat ini yang umumnya masih dikenal dengan konsep pengobatan alternatif (sebagai salah satu contoh saja), bila dikaji dan dikembangkan secara lebih aposteriori serta memenuhi standar akademis, kelak bisa menjadi produk lokal di bidang medis yang suatu saat akan menjadi produk global juga.

 Terkait dengan ini menarik apa yang diungkapkan Hassan Hanafi (2001: 200-201):
“Jika kedokteran profetik atau skriptural tidak lagi dapat dipertahankan, kedokteran eksperimental berhenti, kedokteran spiritual lebih mendekat ke magis atau takhayul, kedokteran fenomenologis mungkin nampak simplistik dan religius. Dikatakan simplistik karena kedokteran ini tidak bergantung pada kedokteran ilmiah modern eksperimental bahkan menolaknya mentah-mentah. Namun demikian, di dalam masyarakat yang kedokteran ilmiahnya mencapai puncak penyakit abad, kedokteran fenomenologis tidak pernah berhenti. Dalam konteks ini kasus dr. Terawan menjadi menarik dikaji. Boleh jadi “rezim” IDI terjebak pada medical positivism, sedangkan Terawan, boleh jadi, mulai memasuki ranah baru: Post-medical positivism.Namun, dimensi post-medical positivism ini juga harus melalui kerangka uji akademik-saintifik dari berbagai disiplin keilmuan, tidak hanya kalangan terbatas pada komunitas ilmuan medis. Tokoh seperti Ibnu Sina di era klasik dapat menjadi rujukan kompetensi medis yang fisikal-biologis sekaligus non-fisikal-biologis. Isu transdisiplin cukup relevan di sini.

Di sisi lain, teori Ibnu Taimiyah (1949: 9-10) tentang al-haqiqatu fi al-a’yan laa fi al-adzhan (kebenaran autentik itu pada hakikatnya lebih bersifat empiris atau bercorak Aristotelian-Humian, bukan normatif-rasionalistik atau yang bercorak Platonik-Cartesian); bisa pula dijadikan filosofi pengembangan sains lokal ini.

4. Untuk mendukung adanya upaya rekonstruksi keilmuan agama dan wacana sains di atas, maka aspek eksperimentasi (yang di dalamnya pasti ada dimensi trial and error) – terkait dengan aspek tools dunia sains – menjadi mutlak diperlukan seperti adanya proyek riset secara periodik, pengadaan perpustakaan yang lengkap, laboratorium, dimana sangat membutuhkan budget yang tidak sedikit, disamping juga penyiapan SDM umat dan bangsa secara sistematis dan profesional. Tradisi riset dan perlengkapannya – termasuk SDM – di dunia Muslim masih jauh dari harapan. Bila hal ini dikelola secara gradual, sistematis dan profesional, kelak dapat menelorkan produk-produk sains lokal yang secara potensial cukup kaya di dunia Muslim, terutama Indonesia. Upaya produksi sains lokal ini juga harus disertai dengan legitimasi yuridis hak paten dari setiap temuan yang ada.

5. Untuk pengembangan potensi local genius di atas, maka perlu adanya networking antar berbagai lembaga ilmiah atau riset semacam IIFTIHAR (The International of Islamic Forum for Science, Technology and Human Resources Development) yang pernah ada di Jakarta; MIFTA (Muslim Information and Technology Association) bermarkas di Bogor; CRCS di UGM Yogyakarta dan lembaga ormas lainnya. Berbagai lembaga di atas bisa lebih diberdayakan dan disinergikan dengan BRIN, Kemenristek dan perguruan tinggi. Madrasah, pesantren dan IAIN/UIN (Universitas Islam Negeri), UIII, UICI, PTM, PTNU, dll bisa lebih didorong untuk tidak hanya melahirkan ulama literal-skriptural, tapi juga ulama empiris/saintis (sebagaimana telah terbukti secara historis di masa awal kejayaan Islam). Ibnu Sina di era Islam klasik – dan semisalnya – disamping sebagai ulama literal-skriptural juga dikenal sebagai ahli filsafat dan medical science, dan psikologi.Wallahu a’lam bisshawab

(Bersambung).

Tags: # Demokratsi Religius# Prof. Muhammad Azhar

Related Posts

Pilpres Era Pasca-Kebenaran
Opini

Megawati Akhirnya Akan Mendukung Ganjar Pranowo

Oleh : Ansyari Usman Ujung pertarungan (sandiwara atau serius) antara Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Jokowi, sudah mulai terlihat...

by Strategi News
June 20, 2022
179
Pilpres Era Pasca-Kebenaran
Opini

Pilpres Era Pasca-Kebenaran

Oleh : Tulus Warsito, Guru Besar Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Sejak Pilpres 2019 masyarakat Indonesia terbelah dalam dua...

by Strategi News
June 19, 2022
185
Pilpres dan Pileg serentak arena hukuman bagi Partai Politik Oligarki
Opini

Pilpres dan Pileg serentak arena hukuman bagi Partai Politik Oligarki

Oleh: Anthony Budiawan – Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies) Pemilihan Presiden (pilpres) akan dilaksanakan bersamaan dengan...

by Strategi News
June 18, 2022
201
Menakar Evaluasi Kepemimpinan Gubernur Maluku Murad Ismail
Opini

Menakar Evaluasi Kepemimpinan Gubernur Maluku Murad Ismail

Catatan atas Evaluasi Pengamat, Kritis atau Politis Oleh : Rusdi Abidin Beberapa waktu lalu saya mencoba menonton sebuah chanel...

by Strategi News
June 13, 2022
169
Next Post
Kunjungi keluarga korban keganasan geng motor, Wali Kota Medan jamin pendidikan anak dan beri modal usaha

Kunjungi keluarga korban keganasan geng motor, Wali Kota Medan jamin pendidikan anak dan beri modal usaha

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories

  • ACEH
  • ADHYAKSA
  • BALI
  • BANYUWANGI
  • BERITA UTAMA
  • Bisnis
  • Breaking News
  • Budaya
  • Catatan Redaksi
  • Daerah
  • Dikbud
  • DKI Jakarta
  • DONGGALA
  • DPRD Donggala
  • DPRD KABUPATEN SIGI
  • DPRD Landak
  • DPRD MALUKU
  • Edukasi
  • Ekonomi
  • ENERGI
  • FINANCE
  • FOKUS BERITA
  • GAGASAN
  • Gaya Hidup
  • Hankam
  • HIBURAN
  • Hukum
  • Hukum dan Kriminal
  • Humaniora
  • INDONESIA NEGERI KAYA
  • INFRASTRUKTUR
  • INOVASI
  • Internasional
  • Intrepreneur
  • Investasi
  • JAWA BARAT
  • JAWA TENGAH
  • JAWA TIMUR
  • KABAR SELEBRITI
  • KABUPATEN BURU SELATAN
  • KABUPATEN ROKAN HILIR
  • Kabupaten Wajo
  • Kalimantan Barat
  • KALIMANTAN TENGAH
  • Kesehatan
  • Keuangan
  • Kinerja
  • Komunitas
  • KOTA BONTANG
  • KOTAWARINGIN TIMUR
  • kriminal
  • Kuliner
  • Lainnya
  • LAMPUNG
  • Landak Kalbar
  • Lingkungan
  • MADURA
  • Maluku
  • Men
  • MILENIAL
  • MOROWALI
  • Motivasi
  • Nasional
  • News
  • NUSA TENGGARA TIMUR
  • Olah Raga
  • Opini
  • PALU – SULTENG
  • PAPUA
  • PAPUA
  • PAPUA BARAT
  • PEKANBARU
  • Pemerintahan
  • Peristiwa
  • Pertanian
  • Politik
  • Polri
  • PROVINSI RIAU
  • PURWAKARTA
  • Regional
  • Sneakers
  • SPOT NEWS
  • Style
  • SUDUT PANDANG
  • SULAWESI SELATAN
  • SUMATERA UTARA
  • Teknologi
  • TELUK BINTUNI PAPUA BARAT
  • TIPIKOR
  • TIPIKOR
  • TNI
  • Tokoh
  • UKM
  • Umum
  • Uncategorized
  • WAJO, SULSEL
  • Wawancara
  • Wisata
  • Women
  • YOGYAKARTA
Strategi News

Navigate Site

  • Redaksi
  • Pedoman Media Cyber

Follow Us

No Result
View All Result
  • Politik
    • Hukum
    • Pemerintahan
  • Ekonomi
    • Bisnis
    • Intrepreneur
    • Investasi
    • Keuangan
    • UKM
  • Dikbud
    • Budaya
    • Edukasi
    • Humaniora
    • Motivasi
    • Teknologi
  • Hankam
    • Polri
    • TNI
  • Regional
    • Daerah
    • Nasional
    • Internasional
  • Gaya Hidup
    • Kuliner
    • Kesehatan
    • Olah Raga
  • Tokoh
    • Biografi
    • Wawancara
  • Lainnya
    • Peristiwa
    • Umum
    • Wisata

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In